-->

KH. IDRUS ROMLI: Kukuhkan Aqidah Ahlussunah Wa Al-Jamaah

Malam Rabu (12/10) sehabis shalat jama’ah Isya’, semua santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa berkerumun di depan mesjid Jamik, di bawah atap terpal mereka setia menunggu acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Para undangan baik dari masyaikh Annuqayah dan masyarakat sekitar berdatangan memadati beranda masjid.

Berselang beberapa waktu mobil kia Idrus Romli datang menuju delem pengasuh, tepat pada pukul 20.33 Wib acara dengan tema “Ngaji Tauhid” bersama KH. Idrus Romli dimulai dengan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an. Kegiatan tersebut menurut pengasuh Pondok Pesantren Lubangsa, dalam sambutannya, tidak lain adalah untuk menghidupkan tradisi atau kultur yang dalam kurun waktu sudah hampir terlupakan, acara penyambutan hari besar Islam ini, selain menghidupkan tradisi, menurut K. Ali Fikri, juga sebagai reaktualisasi hubungan pesantren dengan masyarakat dan atau antar masyarakat itu sendiri.

Kegiatan peringatan bulan Muharram adalah pertama kali yang diadakan oleh Pondok Pesantren Lubangsa dengan melibatkan seluruh santri Annuqayah, K. Fikri meminta kepada kiai yang menurutnya sudah melanglang buana, untuk bisa memberikan pemantapan tauhid, secara mendasar tauhid adalah ilmu yang penting dan sangat mendasar bagi seseorang untuk mengenal agama Islam, terutama bagi masyarakat awam aqidah menjadi sangat penting untuk dikukuhkan kembali, “nanti kia Idrus juga bersedia membuka dialog, jadi bagi para santri maupun kiai yang hadir di acara ini bisa bertanya, beliau sangat senang,” tandasnya.

Sebelum mengakhiri sambutannya, mantan kepala MA 1 Annuqayah itu, meminta dukungan dari berbagai pihak, terutama sokongan berupa moril, beliau juga berencana akan merayakan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, dikemas dengan kegiatan seremonial berupa pengajian keagamaan sedang masyarakat sekitar bisa berpartisipasi di dalamnya, bahkan pengasuh Lubangsa itu mengingikan masyarakat membawa sendiri konsumsi saat mengikuti pengajian sehingga tercipta kerja sama aktif yang seimbang antara masyarakat dengan pesantren.

Berbeda dengan kegiatan Organisasi Daerah (Orda) acara peringatan hari asyura malam itu dikemas sesimple mungkin, acara dibuka dengan pembacaan al-Qur’an kemudian dilanjut dengan sambutan pengasuh, “semua kehendak pengasuh agar acara bisa berjalan dengan efisien,”tegas Affan Quraisyi, Ketua Panitia (Ketupat) pada acara peringatan bulan muharram tahun ini.

Urgensi Perayaan Hari Besar Islam

Kiai Idrus, sapaan akrab dari kiai Muhammad Idrus Romli itu, sangat senang bisa menghadiri acara peringatan hari besar Islam yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Lubangsa, menurutnya, dengan kegiatan tersebut masyarakat bisa lebih dekat mengenal Rasulullah Saw., bahkan bisa meningkatkan nilai ketauhidannya. Melihat mayoritas umat Islam di Indonesia, peringatan hari hari besar sudah lumrah disemarakkan, sebut K. Idrus, seperti Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Ramadhan, dsb. sayangnya, kita kadang lupa akar sejarah, ada yang perlu untuk diperingati, sebut saja seperti Fathul Makkah, Perang Badar, dan yang  lainnya.

Beliau menyinggung pula persoalan sekte dalam agama—kelompok kelompok ideologi keagamaan yang berbeda dengan Ahlussunah Wa al-Jamaah—ada Wahabi, Syiah, dan HTI, selain itu, bagi Ketua Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr NU Jatim, banyak agama agama baru; seperti kelompok eks Gafatar, Kalimantan Barat, dan orang orang mengaku nabi; Ahmad Musaddiq, Tukimin, yang mampu menarik banyak pengikut layaknya Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Dengan adanya fenomena degradasi moralitas serta nyarisnya pengetahuan masyarakat tentang nabi, kia alumnus Sidogiri itu, menginginkan acara  seperti maulid nabi ditambah dengan bekal pemahaman epistemologi “kenabian”; baik dari prasyarat menjadi nabi, keagungan nabi, hatta pada kategori dikatakan nabi, “ada banyak masyarakat yang tidak paham bagaimana menjadi nabi, apa karena pintar dan sakti? Para nabi bukan pilihan manusia akan tetapi pilihan Allah, dan Allah tidak akan keliru memilih nabi,” tegasnya kiai yang sudah berumur empat  puluh satu tahun itu.

Selain tiga sifat keutamaan nabi, ada sebagian ulama yang menambah akan persyaratan menjadi nabi, sebut K. Idrus, yaitu harus tampan, dan tidak pernah kantuk, dan secara lahiriyah tubuh seorang nabi itu harum nan wangi. Sebagaimana perkataan Ibn Taimiyah, “Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali orang itu tampan wajahnya, dan bagus suaranya,” secara prakonsepsi dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus gagah atau kekar dan tinggi tubuhnya; lebih dari manusia pada umumnya. Selain itu, nama bagi seorang nabi menggambarkan sifat, karakter dan kepribadian seorang nabi.

“Saat ini dengan adanya aliran-aliran baru, dan persaingan materi yang semakin ketat, akibatnya masyarakat tidak tau keagungan nabi, cobalah kita lihat gambar orang yang mengaku nabi, ia sangat jelek dan tidak pantas,” ungkapnya diselai tawa dan tepuk tangan para santri.   
  
Tauhid Ahlussunah Wa al-Jamaah

Menurut K. Idrus Romli, ditemukan ada seratus dua puluh lima aliran baru di Indonesia (hasil dari penelitian Sidogiri, 2006) bahkan aliran aliran baru yang tidak senafas dengan ajaran tauhid Ahlussunah Wa al-Jamaah. kini bermunculan dan merebak di Sumenep, lambat laun masyarakat akan terlana, dikaburkan tauhidnya. Sebab itu, makna Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah semata-mata adalah untuk menyebarkan aqidah Islam.

Seiring perputaran zaman, akan semakin banyak aliran ideologi yang melahirkan aqidah aqidah baru, terutama yang paling mengancam pada kelompok Ahlussunah Wa al-Jamaah, ada tiga aliran (1) Wahabi; menampik ziarah kubur, Maulid, Tahlil, Isra’ Mikraj, mereka berusaha menyebarkan aqidahya melalui tivi, (2) Syiah; terutama ada di perkampungan Habaib, golongan ini berkeyakinan Allah Swt.  tidak bisa dilihat di akhirat, (3) HTI; aliran ini menghalalkan atau bahkan membolehkan berjimak dengan wanita yang bukan mahrom jika tidak ada niatan untuk berjimak, selain itu, kelompok HTI, tidak beriman pada siksa kubur, ketiga aliran ini menurut kacamata K. Idrus Romli aqidahnya berbeda dengan kita, “semua aliran yang ada di luar Ahlussunnah wa al-Jamaah, berbeda, bukan hanya pada bidang furu’iyah bahkan dalam bidang aqidah, makanya pengajian ini sangat penting,” ungkapnya bersemangat.

Bagi pengasuh pondok Pesantren Al-Hujjah, Jember, perbedaan yang sampai menyebabkan kekafiran adalah berbedaan masalah aqidah, perbedaan persoalan furu’iyah tidak akan sampai saling mengkafirkan antar golangan yang satu kepada golongan yang lain, bagi kia yang gencar berdiskusi masalah aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah., berkeyakinan bahwa Aswaja dalah gologan yang paling berat karena tidak pernah mengkafirkan golongan lain.

Para ulama Aswaja, membangun aqidah menjadi al-Khomsunah, untuk membedakan dari golongan aqidah yang lain. Pada pengajian tauhid kali ini, kia asal Jerreng Barat, Gugut, Rambipuji, Jember itu menjelaskan sifat wajib bagi Allah Swt., yang terbagi menjadi dua puluh, menurutnya, secara filosofis ada tujuan kenapa para ulama Ahlussunah wa al-Jamaah menetapkan menjadi dua puluh, perspektif para ulama, dua puluh adalah konsep yang sesuai dengan hadist serta al-Qur’an, sifat ini dapat mengantarkan manusia mencapai makrifat kepada Allah Swt., artinya kenal. Kenal terhadap sifat-sifat Allah Swt., serta merespon aliran yang menyimpang dari al-Qur’an dan sunnah (lihat Kitab al-Jawahul Qawaid), pembagian sifat wajib dua puluh, adalah menjawab atas soal-soal yang mendasar tentang Allah  Swt.

Dalam setiap waktu, manusia dituntut selalu mengingat kepada Allah Swt., dengan pertanyan yang paling mendasar, apakah Allah Swt. ada? Maka, jawabannya adalah sifat wujud (wajibul wujud) mustahil Allah Swt. tiada. Sedangkan alam ini adalah baru “hadist” karena ada yang menciptakan—dari tiada menjadi ada—itulah yang dikatakan dengan baru, maka dengan adanya alam menjadi bukti Ada-nya Allah Swt., wujudu al-asar ya dzullu ala wujudul mu’assir.

Sejak kapan adanya Allah Swt? Jawabannya adalah sifat qidam; tidak ada permulaannya, semua sepakat kecuali kelompok Wahabi, karena bagi kelompok ini istilah “qidam” adalah istilah bid’ah. Sampai kapan adanya Allah Swt? Jawabannya adalah sifat baqo’ wujudnya Allah Swt., tidak ada akhirnya, “kullu syain halikun illa wajha” orang Wahabi mengartikan ayat tersebut secara keliru, bahkan menganggab Allah juga musnah kecuali wajahnya.

Seperti apa dzat-Nya? Mukhalafatuhu li al-hawadist, berbeda dengan yang baru—dari semua aspek—laisa kamislihi syaun, “Tuhan bukan ciptaan pikiran kita tapi pencipta pikiran kita,” tegas mantan sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Jember, beliau terus membandingkan antara paham yang berbeda dengan Ahlussunah wa al-Jamaah.
       
Apakah Allah Swt. bertempat? Qiyamuhi binafsihi, layahtaju ila makanin wala mahallin, tidak butuh tempat, “bagi Wahabi Allah Swt. ada di Arsy, dan pada pukul 00.00 Wib Allah Swt. turun pada langit ke satu, bagi Wahabi setiap yang ada butuh tempat, jika Arsy adalah makhluk, maka kemana sebelum Allah Swt. menciptakan Ars? Allah tinggal dimana? Hal ini sama ketika kaum nabi Muhammad bertanya, dimana Allah Swt. sebelum menciptakan makhluk, Rasul Saw. berkata, Allah Swt. tidak bertempat.”

“Kita tinggal mengembangkan sendiri pertanyaan pertanyaan mendasar tentang Allah Swt., kita bisa menjawab dengan sifat sifat wajib bagi Allah Swt. yang dua puluh,” lanjut K. Idrus, bahwa dengan cara mengajarkan aqidah Ahlussunah Wa al-Jamaah, berati kita telah mengajarkan kunci keselamatan dan kesuksesan dunia dan akhirat. Karena sejak zaman Orde Baru, aqidah yang dipakai di sekolah sekolah dasar adalah aqidah orang Wahabi, tauhit yang dibagi menjadi tiga; Uluhiyah, Rububiyah, dan Asmaussifat.

Tidak terasa malam semakin larut, sekitar dua jam lebih K. Idrus berceramah, tepat pada pukul 23.37 Wib Master of Cerremony membuka dialog keagamaan. Tidak seperti biasanya, sebelum acara diakhiri dengan do’a, ada pembacaan shalawat nabi yang dipimpin oleh hadra Nurul Fata (Nufa), sekitar sebelas menit bersholawat bersama, akhirnya acara ditutup dengan do’a yang dipimpin KH. Abusyiri.

 

0 Response to "KH. IDRUS ROMLI: Kukuhkan Aqidah Ahlussunah Wa Al-Jamaah"

Post a Comment

Terimkasih...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel