Memorabillia Bersama IKSTIDA
Sunday, August 31, 2014
Add Comment
Oleh: Aqin Jejen
Kubingkaikan pelangi dari langit yang
membentang di tanah ini, tanah yang suci nan permai, tak lain di bumi annuqayah. Jika kalian
kesana cobalah tanyakan apa itu IKSTIDA,
pastinya mereka akan mengatakan itu sebuah organisasi terbesar yang ada
di pondok pesanteren annuqayah
lubangsa. Sudahlah aku tak ingin bercerita ini pada kalian karena yang jelas kalian
sudah tahu organisasi itu.
Tentu saya tidak akan
bisa melupakan kenangan, kenangan bersama ikstida. Bila kulihat sahabat sahabat
ikstida “mungkin” mereka tetap terus membentangkan tangan tanganya untuk menjungjung dan mengibarkan
pendera tinggi-tinggi. Hari ini setelah saya menginjakkan kaki kurang lebih
tiga tahun lamanya di ikstida, kurasa waktu demikan singkatnya dan begitu
cepatnya, tak pernah sedikit pun dalam benak saya untuk meninggalkan ikstida, karena
organisasi yang meliputi empat kecamatan ini telah sudih mengenalkan saya pahit
manisnya menjalani proses berorganisasi, mungkin hanya satu harapan saya yang
perlu sahabat ingat “aku tak ingin ikstida tenggelam dengan arus bergulirnya
zaman”, seiring rasa rindu yang terus mengebu pada ikstida aku pingin selalu
mendengar mars yang kerapa kali mereka lantunkan ketika sahabat sahabat
berkumpul atau ketika rutinitas Orda malam selasa. “berkibar..berkibar..” apa
itu berkibar sahabat?, tentu kalian lebih tahu dan kibarkanlah ikstida, mungkin
itu harapan saya, sebab aku tak pernah memberikan apa-apa untukmu;
ikstida.
Perjalanan Selama Rutinitas. . .
Malam itu, tepatnya
setiap malam selasa. Suasana pesantren tanpak ramai sekali dengan
penghuni--gelak tawa para santri. Kulihat pengurus ikstida tetap nampak dengan
wajah semangat 45nya, sembari memantau para anggotanya di setiap kamar
pondok, kami (sebagai anggota) beramai-ramai melangkahkan kaki (semangat,
tekat, ijtihad) kesebelah utara; tepatnya di bangunan MTs 1 annuqayah putra di
sebelah timur jalan raya, ruangan kelas
paling selatan itulah tempat kami berproses, ruangan yang hanya berukuran 4x5
m. Namun kami tetap punyak himmah dan semangat yang berkobar kobar, disanalah
sahabat-sahabat menunjukkan potensinya masing masing-- ada yang berpidato, ada
yang baca puisi, ada yang jadi presenter, dll. Untuk menguji mental di depan
teman-teman dan pengurus ikstida semua, dari itu saya semakin di tuntut untuk
tau dan bisa seperti mereka- mereka yang punyak potensi, seiring waktu yang
tetap berputar, entah sampai pada putaran keberapa saya terus bersama ikstida
aku sudah tidak tau yang jelas saat ini telah banyak pengalaman yang dapat saya
genggam dan di pupuk dalam hati. Saya dapat belajar dari pengalaman itu, benar
memang kalau ada perkataan “pengalaman adalah guru yang terbaik” maka
saya telah menjadi muridnya yang banyak menimbah ilmu dari guruku. (pendidikan,
pengalaman, teman dan sebagainya) maka di kemudian hari aku tak ingin mendengar
ruangan kelas saat Orda berlangsung begitu bising dan riuh, serta aku tak ingin
melihat pengurus yang hanya kesena kesini tak tau apa yang harus dilakukan,
yang kuinginkan mereka tetap semangat membingbing adek sahabat-sahabat ikstida
atau berdiskusi menyelesaikan masalah tentang seputar ikstida kedepan,
bagaimana pun saya tetap menaruh harapan dan mimpi untuk kita raih bersama.
Perjalanan Pertama Sebuah Kesemangatan. . .
Mungkin “kata” pertama
kali yang meluncur dari lidah ini adalah alhamdulillah, rasa syukur saya yang telah
mengenal organisasi ikstida. Banyak sekali kenangan, perjuangan yang kita lukis
bersama (sahabat-sahabat tercinta) disana saya dapat mengenal Ka’ Readi, Ka’
Ziyad, Ka’ Ucith dan semua sahabat divisi III mereka semua mempunyai khas
bicara tersendiri ketika rapat, ada yang menggelegar ada yang berkoar koar
semuanya bikin perut saya mules tak kepalang. Paling tidak saya bisa menilai
bagaimana kesemangatan kita dalam organisasi, yaitu adalah kemauan dan
kesadaran yang tumbuh dari diri kita sendiri, dari berbagai peristiwa panjang
banyak sekali kenangan didalamnya yang tak dapat saya pisahkan dari perjalanan
ini. Aku akan tertawa sendiri atau tersenyum kecil dalam hati ketika mengingat
sahabat sahabat Crew X-Try, Rendezvous, mereka memiliki perjuangan yang layak
kita tiru serta di beri apresiasi, (para mujahid ikstida )
Perjalanan Terakhir Bersama Ikstida. . .
I wouldn’t ever forget you, you are always in
my heart, saat ini aku mulai
membingkai pelangi itu menjadi semburat senja di ufuk barat pondok pesantren
annuqayah, saat itu kebersamaan akan terasa nikmat ketika kita telah berpisah, dari jarak jauh kita akan merasa manisnya kerinduan, makna dari sebuah pertemuan. Bulan ini 13 Mei
2013, betapa aku ingin sekali bercerita pada kalian, agar kita dapat saling
berbagi segala resah dan gelisah, setelah kalian (sahabat sahabat ikstida)
telah jauh melangkah dari sini, ketika kalian hanya bisa melambaikan tangannya,
dan sudah tidak bisa melihat
sahabat-sahabat ikstida tertawa ketika
membuka matanya. Apa yang dapat kita rasa, mungkin kita hanya bisa bertanya, “bisahkah mereka membawa ikstida lebih
maju?, bisahkah mereka berprestasi?, siapa
ketuanya?” kita tidak mungkin bertanya “sudah terealisasikan semua
program kerja ikstida?, program apa saja disana?, adakah inovasi atau gebrakan gebrakan baru?,” yang jelas semua
berkeinginan bagaimana ikstida tetap maju dan selalu terdepan. Baik dari
kuantitas dan kualitasnya
terakhir begitu dalam harapan saya pada ikstida bagaimana nanti ketika
acara rutinitas Orda tak lagi kulihat sahabat-sahabat hanya bermain dan membuat
ruangan gaduh, aku juga tak inigin melihat pengurus banyak yang tidak hadir,
berilah contoh yang baik untuk kaderisasi selanjutnya karena kemajuan ikstida
saat ini ada di tangan tangan mereka. Mungkin hanya itu yang dapat saya tulis
untuk mereka (anggota) ikstida kedepan dan juga pengurus. Ingat tak akan ada
perjuangan yang sia-sia. Wallahuaklam
*Putra bilik hijau blok f-11 dan generasi muda
IKSTIDA.
0 Response to "Memorabillia Bersama IKSTIDA"
Post a Comment
Terimkasih...