Cara Menata Hati yang Baik
Sunday, November 9, 2014
Add Comment
Oleh:
Aqin Jejen
Berbicara
hati memang sifatnya sangat subjektif dan nisbi, seperti yang dikatakan oleh
bapak filsafat Eropa, Rene Descartes, bahwa kita perlu berfikir secara mendasar,
“cogito ergo sum ” karena manusia tak lepas dari fitrah yang
sesungguhnya, tidak lain manusia adalah hewan yang berfikir yang dituntut untuk
mencari kebenaran dengan fikiran kita sendiri dan tentu juga fikiran orang lain.
Maka, fikiran kita harus digunakan secara baik. Tidak suka berburuk sangka pada
orang lain, negatif tinking, tidak gampang mengklaim orang lain salah, dan
hanya mementingkan diri inilah yang benar. Akan tetapi semua harus benar-benar dirasionalkan
dengan akal fikiran kita, cobalah berfikiran bahwa orang lain tidak pernah berbuat
salah pada kita, namun terkadang kita yang tidak menyadari kesalahan kita
sendiri. Jika berbicara perihal hati saya selalu teringat dengan kejadian
beberapa tahun yang silam, ketika guru
saya menjelaskan arti penting sebuah keikhlaslasan, jujur, sabar, dan yang
lainnya. Yang jelas guru saya pasti berkata begini: “Jika ingin pahala dari
Tuhan, salatlah dengan ikhlas” saya kemudian berfikir sejenak, bagaimana cara
untuk mendapatkan keihklasan tersebut? Yang pasti, ini sudah terlepas dari
unsur rasio, dan itu urusan hati dan Tuhan. Pada dasarnya hati memiliki
kemampuan berfikir, seperti yang dijelaskan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa proses untuk mendapatkan pengetahuan
sejati yaitu ada tiga pintu masuk. Pertama, karena kita diberi hati
untuk merasakan sesuatu yang sifatnya abstrak dan konkrit. Kedua, ada
objek yang akan kita kaji dan direnungi. Ketiga, ada hati yang
menggambarkan objek tersebut yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk fikiran.
Dari kekuatan itu maka timbul apa yang saya
resahkan selama ini, sebab jika tidak ada tiga unsur kekuatan dalam hati
manusia barang tentu manusia tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Dengan
adanya hati tersebut manusia bisa merasakan kesal, marah, sedih, suka, rindu, cinta
dan yang lainnya. Dalam hati ada yang namanya “al-Ghadzab” yaitu
perasaan marah, dan benci, ada “as-Syahwat”, ketertarikan, yaitu ada
perasaan suka dan cinta, terakhir “al-Aqli” fikiran. Biasanya ketika
kita merasakan benci, marah, suka, dsb. kemudian kita berfikir, dan di
ekspresikan dalam bentuk nyata. Akan tetapi kebanyakan akal selalu ditaklukkan
oleh yang namanya syahwat, dan ghadzab. Maka terkadang tidak
salah jika ada manusai yang memiliki sifat-sifat kebinatangan, gampangnya kesetanan,
dan terkadang bisa saja manusia memiliki sifat-sifat “robbaniyah” sebagaiamana
tokoh tasawuf semisal al-Hallaj yang mengatakan “ana al-haq”
Cara
untuk mendapatkan ilmu dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam al-
Ghazali dijelaskan bahwa. Pertama, kita harus bisa membersihkan hati
dari perbuatan dosa. Kedua, kita harus memantapkan niat, yakni meluruskan hati
kita bahwa semata-mata semua yang kita lakukan hanya karena Allah. Ketiga, adalah
fokus pada sesuatu yang kita tuju. Jika diibaratkan sebuah cermin, tujuan
adalah sisi cermin, jika kita ingin bercermin maka haruslah lurus pada poros
cermin tersebut maka cermin akan memantulkan bayangan kita yang asli.
menjadikan tasawuf sebagai jalan mengenal
Allah yang tujuan akhirnya disebut makrifat. Menurut Ghazali, makrifat tidak
hanya berarti mengenal Allah, tetapi juga mengenal alam semesta. Hakikat dan
Makrifat bukan hanya pengenalan biasa, meliankan juga ilmu yang tak diragukan
kebenaranya, yang disebut Ainu al-Yaqin – tersingkapnya sesuatu secara
jelas, tidak ada keraguan, tidak mungkin salah dan keliru.
0 Response to "Cara Menata Hati yang Baik"
Post a Comment
Terimkasih...