-->

Cara Menata Hati yang Baik




Oleh: Aqin Jejen
            Berbicara hati memang sifatnya sangat subjektif dan nisbi, seperti yang dikatakan oleh bapak filsafat Eropa, Rene Descartes, bahwa kita perlu berfikir secara mendasar, “cogito ergo sum ” karena manusia tak lepas dari fitrah yang sesungguhnya, tidak lain manusia adalah hewan yang berfikir yang dituntut untuk mencari kebenaran dengan fikiran kita sendiri dan tentu juga fikiran orang lain. Maka, fikiran kita harus digunakan secara baik. Tidak suka berburuk sangka pada orang lain, negatif tinking, tidak gampang mengklaim orang lain salah, dan hanya mementingkan diri inilah yang benar. Akan tetapi semua harus benar-benar dirasionalkan dengan akal fikiran kita, cobalah berfikiran bahwa orang lain tidak pernah berbuat salah pada kita, namun terkadang kita yang tidak menyadari kesalahan kita sendiri. Jika berbicara perihal hati saya selalu teringat dengan kejadian beberapa tahun yang  silam, ketika guru saya menjelaskan arti penting sebuah keikhlaslasan, jujur, sabar, dan yang lainnya. Yang jelas guru saya pasti berkata begini: “Jika ingin pahala dari Tuhan, salatlah dengan ikhlas” saya kemudian berfikir sejenak, bagaimana cara untuk mendapatkan keihklasan tersebut? Yang pasti, ini sudah terlepas dari unsur rasio, dan itu urusan hati dan Tuhan. Pada dasarnya hati memiliki kemampuan berfikir, seperti yang dijelaskan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin  bahwa proses untuk mendapatkan pengetahuan sejati yaitu ada tiga pintu masuk. Pertama, karena kita diberi hati untuk merasakan sesuatu yang sifatnya abstrak dan konkrit. Kedua, ada objek yang akan kita kaji dan direnungi. Ketiga, ada hati yang menggambarkan objek tersebut yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk fikiran.
 Dari kekuatan itu maka timbul apa yang saya resahkan selama ini, sebab jika tidak ada tiga unsur kekuatan dalam hati manusia barang tentu manusia tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan adanya hati tersebut manusia bisa merasakan kesal, marah, sedih, suka, rindu, cinta dan yang lainnya. Dalam hati ada yang namanya “al-Ghadzab” yaitu perasaan marah, dan benci, ada “as-Syahwat”, ketertarikan, yaitu ada perasaan suka dan cinta, terakhir “al-Aqli” fikiran. Biasanya ketika kita merasakan benci, marah, suka, dsb. kemudian kita berfikir, dan di ekspresikan dalam bentuk nyata. Akan tetapi kebanyakan akal selalu ditaklukkan oleh yang namanya syahwat, dan ghadzab. Maka terkadang tidak salah jika ada manusai yang memiliki sifat-sifat kebinatangan, gampangnya kesetanan, dan terkadang bisa saja manusia memiliki sifat-sifat “robbaniyah” sebagaiamana tokoh tasawuf semisal al-Hallaj yang mengatakan “ana al-haq”
            Cara untuk mendapatkan ilmu dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam al- Ghazali dijelaskan bahwa. Pertama, kita harus bisa membersihkan hati dari perbuatan dosa.  Kedua,  kita harus memantapkan niat, yakni meluruskan hati kita bahwa semata-mata semua yang kita lakukan hanya karena Allah. Ketiga, adalah fokus pada sesuatu yang kita tuju. Jika diibaratkan sebuah cermin, tujuan adalah sisi cermin, jika kita ingin bercermin maka haruslah lurus pada poros cermin tersebut maka cermin akan memantulkan bayangan kita yang asli.


 menjadikan tasawuf sebagai jalan mengenal Allah yang tujuan akhirnya disebut makrifat. Menurut Ghazali, makrifat tidak hanya berarti mengenal Allah, tetapi juga mengenal alam semesta. Hakikat dan Makrifat bukan hanya pengenalan biasa, meliankan juga ilmu yang tak diragukan kebenaranya, yang disebut Ainu al-Yaqin – tersingkapnya sesuatu secara jelas, tidak ada keraguan, tidak mungkin salah dan keliru.

0 Response to "Cara Menata Hati yang Baik"

Post a Comment

Terimkasih...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel