-->

Diskusi Cinta Tampil Meriah


Gambar ini diambil dari: http://9gambar.blogspot.co.id/2015/05/gambar-love-lengkap.html
Seperti biasa, diskusi rutin Iksabad setiap malam sabtu yang dilaksanakan di bagian utara serambi mesjid jamik terlihat begitu asyik, mereka tampak lebih banyak ketimbang dari malam malam sebelumnya, kelihatan sekali kekompakan mereka pada malam itu, tepatnya pada tanggal 15 November 2013, saya sedikit merasa bangga terhadap mereka. Dan ini patut sekali untuk diberikan apresiasi lanjut untuk lebih semangat mengikuti diskusi walaupun sebatas ajungan jempol, memang itu adanya, hanya jempol tak usah saya beri tepuk tangan atau yang lainya. Dari hasil diskusi yang dapat saya ikuti saya berkesimpulan sangat memuaskan, lalu kemudian saya mempunyai inisiatif baru--untuk menulisnya setiap hasil diskusi--baik dijadikan sebuah tulisan ilmiah, esai, cerita atau bentuk karangan lain, yang penting bisa di cerna kembali oleh mereka (anggota Iksabad). Pada kesempatan ini saya di minta sebagai tahap awal menulisnya di selebaran Persi, karena dari beberapa senior masih sibuk, tidak bisa menulis, lalu saya menggantikannya dengan bercerita kembali hasil diskusi rutin Iksabad malam sabtu, agar mereka dapat kembali mebaca dari hasil diskusinya
Hasil diskusi Bersama teman-teman Iksabad...     
Di sela-sela keramaian diskusi, saya sempatkan menulis pada lembaran yang telah tersedia. Wajah-wajah para sahabat-sahabat Iksabad nampak girang sekali. Ada sebagian mereka berkoar-koar menyampaikan argumennya, ada yang lembek, letoy dan hanya nyengir-nyengir untuk berbicara, yang ini payah sekali Rek.!
Tidak usah terlalu banyak bicara soal kodisi mereka, saya cukup prihatin juga bicara yang aneh-aneh tentang mereka. Namun yang perlu dan peting untuk kita ambil dari tema diskusi “peran santri terhadap hakikat cinta” yang diangkat, adalah santri harus bisa bersikap tegas menyoal tentang cinta, ngomongin tentang cinta memang tak ada habis-habisnya, banyak dimensi sisi pembahasan mengenai sudut pandang cinta secara umum. Cinta memang wujud fitrah yang diberikan Tuhan pada setiap manusia, manusia yang lahir telah diberikan rasa cinta, maka cinta itu suci adanya, sebelum kita menodai dengan menyimpang pada objek yang kita cintai, cinta dalam hal negatif yang saya maksudkan disini. Bukan mencintai pada yang maha cinta. Akan tetapi tidak salah kiranya kita menemptakan cinta pada selain itu, semisal kepada kedua orang tua, kepada Nabi Muhammad, lingkungan sosial, dsb. Namun, dalam hal ini tema kita lebih dikerucutkan pada hubungan mesra seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya sebelum ada jalinan yang sah menurut agama. Lalu kita sebagai santri harus bijaksana menyikapi realitas ini. Bagaimanakah layaknya peran seorang santri dalam mengkontrol problematika cinta ini?
Pertama, kita melihat dari pelbagai realitas. Jamak sekali kita telah menemukan fenomina kejadian yang ujung-ujungnya di atas namakan dengan soal cinta, hubungan romantisme sebelum akad nikah misalnya (baca: pacaran) yang identik dengan hal-hal  negatif dalam praktek hubungan cintanya seperti yang sering kita tonton, peraktek cipika-cipiki, cipuan, ciuman, pelukan dll. Telah menodai akan sejatinya hakikat cinta yang sesungguhnya. Maka sangat ironis apabila ada santi yang masih melakukan hal koyol itu, karena pada dasarnya Allah telah melarang kita dalam firmannya “Jauhila zina” karena kemungkinan, ketika seseorang selain jenis berada dalam suatu tempat, tidak menutup keadaan akan terjadi perzinahan, oleh sebab itu agama sangat melarang perbuatan yang mendekati pada perzinahan dan kemungkaran. Pada intinya cinta sebelum akad nikah hukumnya haram. Titik.
Seharusnya sebagai santri kita tidak boleh melakukan hubungan yang demikian, semua itu merupakan godaan, ujian bagi santri. Siapa yang kuat dalam menahan keinginannya untuk melakukan perbuatan yang di larang oleh agama dialah yang menang, salah satu alumni Annuqaya Jufri Halim mengatakan, bahwa seorang santri harus kuat menahan godaan, dan mensyukuri apa yang telah Allah berikan. 
Dimensi Lain Tentang Cinta...
 Dalam hal ini cinta sangat tipis sekali kaitannya dengan nafsu. Dari sebagian teman kita mengatakan “orang mencintai akan selalu menjaga kehormatan orang yang di cintainya” berbeda dengan kata nafsu yang dilahirkan dari dalam hati yang didorongan untuk melakukan hal-hal kejelekan, semisal Zulaiha terpikat pada ketampanan Nabi Yusuf sehingga ia merayu Nabi Yusuf untuk melakukan perzinahan. Namun dalam hal lain kita dapat mencontoh tokoh tokoh sufi seperti Robiah al-Adawiyah ia telah menyelam pada indahnya hakikat cinta yang sebenarnya hingga ia lupa pada daratan duniawi, terlalu nikmat ia merasakan cintanya pada sang maha cinta yaitu Allah. Dialah yang memberikan cinta maka pantaslah dia untuk dicinta di sembah penuh rasa cinta yang tulus, subhanallah maha suci tuhan yang telah memberikan cinta, sehingga saat ini saya masih merasakan cinta kepadaNya, dan merasa haram jika membagi cintanya pada selainNya.
Penulis tidak bisa memberikan kesimpulan dari diskusi ini, karena semestinya saya tidak terlalu banyak membahas hasil diskusi namun terakhir yang dapat saya ucapkan, semoga tetap semangat mengikuti diskusi. Tenks!

                                                                                    Muara 15 Nobember 2013    
              
 *Pemerhati novel  ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih...

0 Response to "Diskusi Cinta Tampil Meriah"

Post a Comment

Terimkasih...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel