-->

Dari Hari Santri Hingga Hari Pahlawan Nasional



“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong,
tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah
bangsa kita sendiri”.

(Prof. Moh. Yamin)
Demikian agung yang disampaikan oleh Prof.  Moh.Yamin, pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang sudah hampir satu abad dan Indonesia masih belum lahir dan merdeka.
Sebab itu, Moh. Yamin sangat tepat mengatakan bahwa sejarah adalah api yang memercikkan semangat kemerdekaan Indonesia hingga terbebas dari serangan Sekutu. Nampaknya Moh. Yamin sudah memperediksi bahwa bagian fragmen sejarah tentang kemerdekaan Indonesia selalu mengandung kontradiksi dan penuh dengan kongkalingkong politik dan kepentingan kelompok. Misalkan saja, banyak dari kaum sarungan yang termarginalkan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, dan hari ini (tepat pada Hari Pahlawan Nasional) banyak kalangan santri sudah mulai dilupakan dan dilucutkan perannya.
Jika berbicara sejarah perjuangan dan semangat jihat yang menyulut para pahlawan nasional untuk berperang melawan tentara Sekutu, pada tanggal, 10 November maka santri tak boleh dihilangkan. Pada konstelasi inilah banyak santri tidak banyak tau tentang hari heroik itu, bahwa hari santri adalah kepangjangan tangan dari hari pahlawan.
Seharusnya, meminjam bahasa Moh. Yamin Indonesia bangga memiliki para kiai dan santri, karena merekalah yang mencurahkan dan mencucurkan darahnya untuk membela negara.
Hari ini, apa yang telah diperbuat santri  untuk memperingati jasa-jasa para kiai dan santri. Apaka mereka sebatas ber-ongkang-ongkang dan gagah-gagahan bersulang kemesraan dengan sejarah tanpa mau mengambil hikmah yang tersirat di balik historis perjuangan yang berdarah-darah itu.
Maka pada hari itu, ketika Bung Tomo memekikkan semangat jihat melawan tentara Ingris di Surabaya pada 10 November 1945, maka dengan sekaligus menjadi tanda kemenangan akan kebangkitan Indonesia dari penjajahan atau kolonialisme. Indonesia terbebas karena semangat juang bambu runcing yang dikobarkan oleh kiai, artinya Indonesia terbebas karena ada satu tiang besar yang bernama kiai dan pondok pesantren.
Selamat Hari Pahlawlan Nasional, jasamu hari ini membelaki kami untuk terus bergerak melangkah untuk mencontoh bahkan terus akan mencoba melahirkan orang-orang seperti mereka, sebut KH. Hasyim Asy'ari, KH. Waham Chasbullah, Bung Tomu, K. Abbas, dan yang lainnya.
Selamat Hari Pahlawan Nasional, jasamu hari ini bukan sekadar diperingati atau dipajangkan dengan kegiatan-kegiatan yang nampak seremonial; banyak mementingkan wacana ketimbang tindakan nyata, banyak mencaci ketimbang memperbaiki, banyak menyulut kemarahan ketimbang kedamaian.
Selamat Hari Pahlawan Nasioanal, hari ini kami anak-anak pesantren akan terus mengenang nama kalian yang berjihad membela kejahatan, yang berjihat membela kekafiran. Kami bukanlah anak-anak yang punya potensi mendemo menggalang massa untuk meneriakkan kemerdekaan dengan “Allahuakbar”, untuk menindas para musuh-musuh kami dengan kata “Allahuakbar” sedang negara semakin bertengkar antar saudara.
Selamat Hari Pahlawan Nasioanal, hari  ini pesantren mendapat tantangan yang luar biasa dan hanyalah do'a dari para kiai dan santri agar masyarakat dan negara dapat terbebas dari kegelapan kebodohan yang mengkafirkan.

Selamat Hari Pahlawan Nasioanal, 10 November 2017 M.

0 Response to "Dari Hari Santri Hingga Hari Pahlawan Nasional"

Post a Comment

Terimkasih...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel