Demokrasi dalam Ambang Ideologi Kapitalisme
Friday, January 26, 2018
Add Comment
Gambar oleh: https://ahmadnoormuhammad2013. |
Sejak
negara Indonesia merintih dalam kondisi yang terhegemoni di bawah kekuasaan
diktator pemerintah Orde Baru, sekitar tiga puluh dua tahun lamanya, kebebasan untuk
bersuara dibungkam dengan tangan-tangan kekejaman lewat sistem birokrasi. Tentu
pada saat itu ideologi demokrasi yang dimpikan oleh proklamator Indonesia, Ir.
Soekarno, pada kenyataanya hanya isapan jempol belaka, nyaris masyarakat
dibingungkan dengan dasar demokrasi yang tak demokratis.
Saat
ini, setelah era Orde Baru hancur di tangan para mahasiswa dan digantikan
dengan era reformasi sekitar sembilan belas tahun lamanya, kran kebebasan
perpendapat dibuka secara lebar, pintu ijtihad dibuka tak ada batasnya,
sehingga ideologi-ideologi baru tak dapat dikendalikan lagi merebak masuk, pada
gilirannya ideologi itu merongrong sistem bangunan ideologi negara pancasila
ini dengan berbagai ideologi yang terombang ambing, baik munculnya Islam garis
keras, yang ingin membumikan sistem negara syari’ah, sebut HTI yang beberapa
tahun lalu sudah dibubarkan oleh negara karena tidak sesuai dengan ideologi
negara.
Tidak
hanya HTI sebenarnya, organisasi lain yang diwakili dengan islam liberal,
kapitalisme, dan imperialisme menjadikan Indonesia sebagai panggung sekaligus perang
ideologi yang tak bisa ditengarai dengan bentuk demokratisasi, sebab itu,
menurut hemat penulis, Islam wasathan yang dipelopori oleh kaum sarungan dari
kalangan Ahlussunnah wa al-Jama’ah, harus mampu menegahi dan membendung gerakan
ideologi yang pada bentuknya nyaris meresahkan masyarakat, hingga menguasai dan
mengebiri.
Pada
dirgahayu kemerdekaan Indonesia yang sudah berumur 72 tahun, masyarakat masih
bertanya seperti apakah bentuk kebebasan dari kolonialisme itu sendiri?
Mungkinkah kemerdekaan tanpa kolonealisme dan imperialisme? Jawabannya,
tergantung siapa yang mengendalikan negara pancasila ini, negara yang mempunya
dasar UUD 45 sebagai perlindungan masyarakat., agar sejarah silam tidak terjadi
yang kedua kalinya, agar sejarah pahit tidak pernah ada kembali.
Dari
rasa fobia sejarah masa lalu di atas, canggah demokrasi yang disuarakan oleh
penguasa, lambat laun yang katanya, suara rakyat suara tuhan, hanya menjadi
suara kekosongan yang tak didengar, bayangkan semakin hari kekayaan sumber daya
alam negara kita dikeruk dan dikuasai oleh orang-orang asing, tanah-tanah dijarah
oleh sebagian besar dari investor yang sengaja diundang dan dilindungi oleh
pemerintah.
Jika
kenyataan ini terus berlarut dan menjadikan tanah Indonesia nyaris dikuasasi
maka siapa yang akan disalahkan? Atau Jokowi yang akan bertanggung jawab karena
membuka lebar pintu bagi para investor, dan memberikan jalan seluas-luasnya
untuk menguasasi tanah-tanah yang ada di Indonesia, kenyataan inilah yang bagi Karl
Marx disebut dengan dunia kapitalisme dengan wajah baru di tangan penguasa dan
pengusaha.
Sebab
itulah kapitalisme menjadi sistem yang bergerak beriringan dengan liberalisme yang
menelusup masuk keberbagai determinisme kehidupan manusia, untuk menguasai dan
menindas kaum buruh yang lemah, dalam hal ini masyarakat miskin yang butuh
perlindungan dari pemerintah. Berhubung masyarakat merupakan bagian yang
diutamakan dalam sistem demokrasi negara kita yang jelas tak dibenarkan jika
pemerintah malah melindungi hak-hak para investor yang melucuti semua sektor
kehidupan masyarakat proletar, tapi kenyataannya malah sebaliknya.
Di
sinilah, masyarakat mempertanyakan bangunan demokrasi yang katanya, mendengar
suara rakyat dari ruang terjauh sekalipun, memahami kebutuhan rakyat dari
hal-hal yang sifatnya speleh hingga pada aspek sosial yang lebih majemuk dan
subtansial, melihat apa yang dibutuhkan oleh rakyat dari batas tembok-tembok
yang menjulan tinggi.
0 Response to "Demokrasi dalam Ambang Ideologi Kapitalisme"
Post a Comment
Terimkasih...