Manusia, Organisasi dan Rencana-Rencana
Friday, January 26, 2018
Add Comment
Gambar oleh: https://garistinta341 |
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dengan aktivitas-aktivitas, sebuah
aktivitas-aktivitas itulah jika dalam organisasi disebut dengan plannig (perencanaan),
sebuah perencanaan yang dipikirkan
sebelumnya. Setelah saya mengikuti materi tentang Answot di salah satu
Organisasi Daerah (Orda) di pesantren, saya jadi bisa membedakan antara
aktivitas-aktivitas dan rencana-rencana. Bagi senior saya, belajar dari pengalaman
(ia bersikap tawaduk), perbedaan mendasar aktivitas dengan rencana itu terletak
pada formal dan non-formal. Jika bicara aktivitas berarti membicarakan sesuatu
yang tak perlu direncanakan, ia akan dikerjakan tanpa ada perencanaan terlebih
dahulu, sebut seperti aktivitas sehari-hari, misal mandi, makan, minum, dsb.
Sebagai
manusia yang disibukkan dengan kepadatan aktivitas-aktivitas, tentu waktu
manusia tersita dengan aktivitas-aktivitas yang tidak bisa dicontrol secara
baik, semua aktivitas dilakoninya tampa pertimbangan akal yang sehat, apakah
aktivitas itu memberikan manfaat atau mafshadat. Itu sebabnya, dalam organisasi
butuh dibedakan antara aktivitas dengan perencanaan. Bagi Readi Sahen (senior
organisasi yang saya sebut tadi), rencana merupakan dunia ide-ide, meski
nyatanya ia tak meminjam teori filsafat platonisme yang menganggap segala wujud
aktivitas adalah imitasi dari dunia ide-ide, maka seluruh aktivitas yang jamak
menyita konsistensi manusia harus dipilah-pilah, dan direncakan dengan matang yang
pada gilirannya menjadi sebuah program kerja.
Jika
sistem manusia bisa dibentuk dengan teori atau sistem organisasi tentu, saya
pikir, tak ada kesalahan dalam melakukan aktivitas-aktivitas, karena semua
perbuatan akan di-plannig dengan baik, sebagaimana membuat sebuah
program kerja yang pasti diperlukan pertimbangan secara matang dari segi
kelemahan, kelebihan, hambatan, serta tujuan dan manfaat dari kegiatan tersebut.
Maka menurut James L. Gibson, (1986) seorang teoritikus organisasi mengemukakan
hal yang sama, untuk mencapai semua tujuan atau visi-misi seorang organisatoris
harus merencakan terlebih dahulu secara matang dengan target-target yang
memungkinkan untuk direalisasikan sesuai tanggal yang ditentukan.
Bukan
saya ingin mengatakan manusia adalah makhluk mikanik yang dapat dikontrol secara
mikanis dengan pikiran-pikiran, di luar teori organisasi yang saya pelajari
manusia adalah makhluk yang harus berusaha sedang Tuhan yang menggariskan takdir
dari masing-masing manusia itu sendiri. Namun, di sini perlu, sebagai manusia
yang berfikir, untuk memfikirkan apa yang disampaikan senior saya tadi, pertama,
adalah mengetahui tujuan atau visi-misi, contoh, sebagai manusia, ia harus
mengetahui apa tujuan Tuhan menciptakan manusia di muka bumi, setelah manusia
tahu akan keberadaannya di muka bumi ia akan melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang sesuai dan searah dengan tujuan awal diciptakannya, kedua, membuat
program kerja yang mengarah pada visi-misi dengan target-target pencapaian, baik
dengan target jangka pendek, menengah, dan panjang.
Beranjak
dari persoalan perencanaan kemudian menganalisis berbagai kegiatan antara yang
penting dan yang tidak, sebelum pada tindakan (actuating) perlu manusia
mengenal kehidupan di sekitarnya (kondisi eksternal). Pertama, berupa lawan
(rival) atau ancaman (weakness), kondisi sosial yang mengancam terhadap
manusia, posisikanlah secara dzahir contoh yang tepat untuk manusia adalah
setan, akan tetapi bisa saja, secara halus, manusia mempunyai musuh dalam
dirinya sendiri, atau makhluk di sekitarnya yang benci terhadap dirinya. Kedua,
adalah kekuatan (strength), bisa disebut kawan atau orang-orang yang
dekat dengan kita, keluarga, guru, dsb.
Secara
otomatis ketika manusia mengenal dan mengetahui berbagai hal yang dapat mengancam,
serta berbagai hal yang dapat memberikan keuntungan untuk dirinya, baru manusia
memikirkan aktivitas-aktivitas dalam bentuk program kerja, dalam pelaksanaanya manusia
harus melibatkan dirinya sendiri untuk mengontrol dan mengevaluasi. Kenapa
evalusia sangat penting, karena kesalahan-kesalahan adalah sebagai bahan
rekomendasi untuk masa selanjutnya, untuk mengarungi bahtera kehidupan, ada
yang mengatakan “guru yang paling baik adalah pengalaman,” serangkain dari
proses evaluasi terhadap diri manusia itu sendiri belajar dari pengalaman.
Dari
berbagai tajuk rencana dan kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat lalu menjadi
program kerja, kira-kira adakah program kerja jangka pendek, menengah, dan
panjang? Jika ada, pikiran manusia tetap harus konsisten atau istiqamah dalam
satu kegiatan yang itu bernilai menurut Tuhan, baik kegiatan shalat berjamaah,
mengaji, sadaqah, menolong orang lain yang membutuhkan, atau ibadah haji jika
itu tidak termasuk dalam program jangka panjang. Dari kegiatan yang dipilih,
satu pesan dari senior saya, jangan terlalu banyak membuat kegiatan sedang itu
tidak bisa meningkatkan kualitas diri manusia itu sendiri, maka pada kesimpulannya
manusia akan mendapatkan nilai zero atau kosong. Sebab itu, membuat program
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan nalar logika manusia,
artinya sesuai dengan kemampuan kita, jika pada kenyataanya tidak mampu untuk
melaksanakan ibadah haji tidak perlu terlalu muluk-muluk melaksanakan ibadah
haji, jika pada kenyataanya tidak mampu melakukan sadaqah tidak usah bersadaqah
karena itu akan membuat kita melakukan sesuatu yang menyimpang dari syari’ah.
Bisa saja manusia bersadaqah dengan harta yang haram atau bisa saja manusia
naik haji dengan hasil curian, maka dalam organisasi itu dikenal dengan pelanggaran terhadap AD/ART.
Agar
manusia tidak melanggar AD/ART atau ajaran dalam al-Qur’an, manusia harus
membuat program kerja yang sesuai dengan konteks dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tersebut. Sayangnya, banyak di belahan bumi ini ditemukan manusia-manusia yang
rakus dan egois sehingga melakukan rancangan program kerja yang melampaui batas
kemampuannya sendiri, bahkan nabi pernah mengibaratkan manusia tersebut layaknya
memikul beban terlalu berat sedang ia terlindas dengan beban yang dipikulnya
sampai mati.
Kesimpulannya,
jadilah manusia-manusia yang mempunyai rancangan-rancangan kegiatan dengan
baik, yang tidak berlebihan dan tidak rakus—manusia yang mampu memanfaatkan
moment tertentu—untuk menggapai ridha dari Tuhan-Nya. Sebab perbuatan yang tak
diridhai oleh Tuhan sama halnya dengan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang
ditolak. Wallahua’lam....
0 Response to "Manusia, Organisasi dan Rencana-Rencana"
Post a Comment
Terimkasih...