-->

Manusia, Organisasi dan Rencana-Rencana


Gambar oleh: https://garistinta341


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dengan aktivitas-aktivitas, sebuah aktivitas-aktivitas itulah jika dalam organisasi disebut dengan plannig (perencanaan), sebuah perencanaan  yang dipikirkan sebelumnya. Setelah saya mengikuti materi tentang Answot di salah satu Organisasi Daerah (Orda) di pesantren, saya jadi bisa membedakan antara aktivitas-aktivitas dan rencana-rencana. Bagi senior saya, belajar dari pengalaman (ia bersikap tawaduk), perbedaan mendasar aktivitas dengan rencana itu terletak pada formal dan non-formal. Jika bicara aktivitas berarti membicarakan sesuatu yang tak perlu direncanakan, ia akan dikerjakan tanpa ada perencanaan terlebih dahulu, sebut seperti aktivitas sehari-hari, misal mandi, makan, minum, dsb.

Sebagai manusia yang disibukkan dengan kepadatan aktivitas-aktivitas, tentu waktu manusia tersita dengan aktivitas-aktivitas yang tidak bisa dicontrol secara baik, semua aktivitas dilakoninya tampa pertimbangan akal yang sehat, apakah aktivitas itu memberikan manfaat atau mafshadat. Itu sebabnya, dalam organisasi butuh dibedakan antara aktivitas dengan perencanaan. Bagi Readi Sahen (senior organisasi yang saya sebut tadi), rencana merupakan dunia ide-ide, meski nyatanya ia tak meminjam teori filsafat platonisme yang menganggap segala wujud aktivitas adalah imitasi dari dunia ide-ide, maka seluruh aktivitas yang jamak menyita konsistensi manusia harus dipilah-pilah, dan direncakan dengan matang yang pada gilirannya menjadi sebuah program kerja.
Jika sistem manusia bisa dibentuk dengan teori atau sistem organisasi tentu, saya pikir, tak ada kesalahan dalam melakukan aktivitas-aktivitas, karena semua perbuatan akan di-plannig dengan baik, sebagaimana membuat sebuah program kerja yang pasti diperlukan pertimbangan secara matang dari segi kelemahan, kelebihan, hambatan, serta tujuan dan manfaat dari kegiatan tersebut. Maka menurut James L. Gibson, (1986) seorang teoritikus organisasi mengemukakan hal yang sama, untuk mencapai semua tujuan atau visi-misi seorang organisatoris harus merencakan terlebih dahulu secara matang dengan target-target yang memungkinkan untuk direalisasikan sesuai tanggal yang ditentukan.

Bukan saya ingin mengatakan manusia adalah makhluk mikanik yang dapat dikontrol secara mikanis dengan pikiran-pikiran, di luar teori organisasi yang saya pelajari manusia adalah makhluk yang harus berusaha sedang Tuhan yang menggariskan takdir dari masing-masing manusia itu sendiri. Namun, di sini perlu, sebagai manusia yang berfikir, untuk memfikirkan apa yang disampaikan senior saya tadi, pertama, adalah mengetahui tujuan atau visi-misi, contoh, sebagai manusia, ia harus mengetahui apa tujuan Tuhan menciptakan manusia di muka bumi, setelah manusia tahu akan keberadaannya di muka bumi ia akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan searah dengan tujuan awal diciptakannya, kedua, membuat program kerja yang mengarah pada visi-misi dengan target-target pencapaian, baik dengan target jangka pendek, menengah, dan panjang.
Beranjak dari persoalan perencanaan kemudian menganalisis berbagai kegiatan antara yang penting dan yang tidak, sebelum pada tindakan (actuating) perlu manusia mengenal kehidupan di sekitarnya (kondisi eksternal). Pertama, berupa lawan (rival) atau ancaman (weakness), kondisi sosial yang mengancam terhadap manusia, posisikanlah secara dzahir contoh yang tepat untuk manusia adalah setan, akan tetapi bisa saja, secara halus, manusia mempunyai musuh dalam dirinya sendiri, atau makhluk di sekitarnya yang benci terhadap dirinya. Kedua, adalah kekuatan (strength), bisa disebut kawan atau orang-orang yang dekat dengan kita, keluarga, guru, dsb.

Secara otomatis ketika manusia mengenal dan mengetahui berbagai hal yang dapat mengancam, serta berbagai hal yang dapat memberikan keuntungan untuk dirinya, baru manusia memikirkan aktivitas-aktivitas dalam bentuk program kerja, dalam pelaksanaanya manusia harus melibatkan dirinya sendiri untuk mengontrol dan mengevaluasi. Kenapa evalusia sangat penting, karena kesalahan-kesalahan adalah sebagai bahan rekomendasi untuk masa selanjutnya, untuk mengarungi bahtera kehidupan, ada yang mengatakan “guru yang paling baik adalah pengalaman,” serangkain dari proses evaluasi terhadap diri manusia itu sendiri belajar dari pengalaman.

Dari berbagai tajuk rencana dan kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat lalu menjadi program kerja, kira-kira adakah program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang? Jika ada, pikiran manusia tetap harus konsisten atau istiqamah dalam satu kegiatan yang itu bernilai menurut Tuhan, baik kegiatan shalat berjamaah, mengaji, sadaqah, menolong orang lain yang membutuhkan, atau ibadah haji jika itu tidak termasuk dalam program jangka panjang. Dari kegiatan yang dipilih, satu pesan dari senior saya, jangan terlalu banyak membuat kegiatan sedang itu tidak bisa meningkatkan kualitas diri manusia itu sendiri, maka pada kesimpulannya manusia akan mendapatkan nilai zero atau kosong. Sebab itu, membuat program harus disesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan nalar logika manusia, artinya sesuai dengan kemampuan kita, jika pada kenyataanya tidak mampu untuk melaksanakan ibadah haji tidak perlu terlalu muluk-muluk melaksanakan ibadah haji, jika pada kenyataanya tidak mampu melakukan sadaqah tidak usah bersadaqah karena itu akan membuat kita melakukan sesuatu yang menyimpang dari syari’ah. Bisa saja manusia bersadaqah dengan harta yang haram atau bisa saja manusia naik haji dengan hasil curian, maka dalam organisasi itu dikenal dengan pelanggaran terhadap AD/ART.

Agar manusia tidak melanggar AD/ART atau ajaran dalam al-Qur’an, manusia harus membuat program kerja yang sesuai dengan konteks dan kemampuan  untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Sayangnya, banyak di belahan bumi ini ditemukan manusia-manusia yang rakus dan egois sehingga melakukan rancangan program kerja yang melampaui batas kemampuannya sendiri, bahkan nabi pernah mengibaratkan manusia tersebut layaknya memikul beban terlalu berat sedang ia terlindas dengan beban yang dipikulnya sampai mati.

Kesimpulannya, jadilah manusia-manusia yang mempunyai rancangan-rancangan kegiatan dengan baik, yang tidak berlebihan dan tidak rakus—manusia yang mampu memanfaatkan moment tertentu—untuk menggapai ridha dari Tuhan-Nya. Sebab perbuatan yang tak diridhai oleh Tuhan sama halnya dengan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang ditolak. Wallahua’lam....
*Tulisan ini dimuat di Koran Radar Madura
     

0 Response to "Manusia, Organisasi dan Rencana-Rencana"

Post a Comment

Terimkasih...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel