Membaca Psikoligi Sufi
Thursday, January 25, 2018
Add Comment
Sebagai
seorang doktor psikologi sosial lulusan Harvard University, Robert Frager, Ph.D
telah mendirikan The Institute of Transpersonal Psychology di Palo Alto,
pada tahun 1975. Selain itu, Frager mengajar psikologi dan studi agama di University
of California, Barkeley, dan University of California, Santa Cruz.
Buku ini
adalah buah tangan yang kedua dari buku Obrolan Sufi untuk Transformasi
Hati, Jiwa, dan Ruh. Frager selain sebagai mursyid dan penulis buku
tasawuf, sehari-harinya mengabdi sebagai Presiden Tarekat Jerrahi California,
sudah lebih dari 25 tahun ia menjadi pembimbing spiritual.
Buku
yang berjudul Heart, Self, & Soul: The Sufi Psychology of Growth,
Balance, and Harmony, diterjemah oleh Hasmiyah Rauf menjadi “Psikologi
Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa, dan Ruh”. Pada mulanya, Frager
menggambarkan bahwa sufi (shufi) tidak selamanya identik dengan orang
yang tidak mempunyai harta atau miskin secara material yang disebut dengan seorang
fakir. Namun, kata fakir (fakir) menurut orang sufi, melainkan
mereka yang miskin rohaniah, yang menyadari kebutuhan mereka terhadap Tuhan.
Hati mereka hampa dari rasa cinta terhadap segala sesuatu selain Allah.
Selanjutnya,
buku ini mengulas secara tajam antara psikologi Barat dan psikologi sufi.
Psikologi sufi berasumsi bahwa manusia tidak lebih dari seongkok tubuh, dan
pikiran yang berkembang dari sistem saraf tubuh. Maka, yang terpenting bagi
psikologi sufi adalah hati spiritual, tempat intuisi batiniah, pemahaman dan
kearifan. Bagi orang sufi, hati menyimpan kecerdasan dan kearifan kita yang
terdalam. Ia lokus makrifat, gnosis, atau pengetahuan spiritual.
Sedang psikologi
Barat menggambarkan, bahwa manusia hanya dapat memusatkan perhatian pada
keterbatasan manusia dan tendensi neurotik yang memperhatikan pada kebaikan lahiriah
saja, dan sifat positif manusia. Sedang hati tidak punya ruang untuk menyingkap
sesuatu yang transendental. Bagi psikologi Barat puncak kesadaran kita adalah
kesadaran rasional, kemudian dibantah dengan pendekatan psikologi sufi bahwa,
kesadaran rasional merupakan kondisi “tidur dalam sadar”. Itu sebabnya,
sebagian besar psikologi Barat tidak pernah sampai pada bidang spiritual dan
cenderung tertahan pada tingkat jiwa pribadi atau jiwa hewani.
Penulis juga menggambarkan
model tasawuf yang linear dan hierarkis, yang banyak ditemukan di belbagai
sistem spiritual. Menurut Frager, tasawuf adalah disiplin spiritual bagi semua
orang dan semua budaya tanpa kelas dan kasta—yang paling ditekankan hanyalah
besarnya ketaqwaan kita kepada yang Mahapencipta. Tasawuf memberikan pendekatan
yang sangat holistik terhadap psikologi spiritual, sehingga tidak membenarkan
penindasan terhadap kaum minoritas (hlm. 35).
Klasifikasi Ruh
Frager membagi tujuh
tingkatan dalam ruh manusia, sebagaimana yang difirmankan dalam al-Qur’an, “Telah kusempurnakan
kejadiannya (Adam), dan kutiupkan ke dalamnya ruh-Ku” menurut Rumi dalam
bukunya Matsnawi, bahwa tingkatan tertinggi ruh manusia—yakni yang
maharahasia—adalah percikan dari ruh Tuhan.
Dalam diri manusia ruh itu
terdiri dari tujuh tingkatan; (1) Ruh Mineral, di dalam diagram tujuh aspek
ruh, ruh mineral merupakan wadah Ilahi yang suci di dalam diri masing-masing
kita. Ruh ini tidak pernah memberontak kepada kehendak-Nya, (2) Ruh Nabati, terletak
di dalam jantung. Ia mengatur pertumbuhan. Dalam ruh ini terdapat kecerdasan
yang luar biasa. Aspek kecerdasan itu dapat ditemukan di dalam struktur otak
kita yang terdalam, (3) Ruh Hewani, terletak di dalam jantung dan berhubungan
dengan peredaran darah. Ruh hewani mempunyai kekuatan untuk melepaskan kekuatan
dan vitalitas. Menurut Dr. Kubler Ross,
ruh hewani adalah sumber motivasi dan kekuatan untuk bertindak.
Yang ke (4) Ruh Pribadi, yang
terletak pada otak dan sistem saraf, ruh ini membuat kita mampu merespon dunia
di sekeliling kita, (5) Ruh Insani, terletak di dalam hati (qalb), ruh ini adalah wadah dari belas kasih,
keimanan, dan kreativitas, (6) Ruh Rahasia, adalah bagian dari diri kita yang
mengingat Tuhan. Ruh rahasia merupakan kecerdasan batiniah yang terletak di
jantung batiniah, (7) Ruh Maharahasia (Sirr al-Asrar), mencakup sesuatu
yang benar-benar transendental, melampaui ruang dan waktu. Ruh ini merupakan
jiwa azali yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri Adam (hal. 178).
Setiap manusia memiliki
ruh dan hati. Seorang yang beriman bukanlah seorang suci yang sepenuhnya
sempurnah. Jika kita mengamati secara genealogis, maka kita dapat melihat
manusia memiliki sifat meneral, sifat tumbuhan, hewani, kepribadian, dan yang
lainnya. Sebab itulah, dalam puisi Rumi kita diminta untuk bersanding dengan
seseorang yang memahami sang hati. Begitu pula Syekh Muzaffer, guru sufi
terkenal di Istanbul yang sekaligus guru Frager pernah mengatakan: sibukkan
tanganmu dengan melakukan pekerjaan duniawi, dan sibukkan hatimu dengan Allah.
Secara keseluruhan buku ini
tidak hanya berbicara masalah hati, jiwa, dan ruh. Dalam buku ini, Robert
Frager mampu mengajak kita mereguk makna-makna simbolis pelbagai kisah, dan
naratif-puitis. Ia juga lihai meramu berbagai racikan cerita humor sufi, dan menyuguhkan
contoh-contoh keseharian yang menyenangkan serta latihan-latihan teratur untuk
berhubungan dengan kearifan batiniah dalam diri, membuka hati, melestarikan
jiwa, dan lebih dari itu, kita dapat merasakan kehadiran Tuhan. []Judul Buku: Psikologi Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa, dan Ruh
Penulis: Robert Frager, Ph.D
Penerjemah: Hasmiyah Rauf
Penerbit: Zaman
Tahun Terbit: Cetakan 1, 2014
Jumlah Halaman: 370
Halaman
ISBN: 978-602-1687-307
0 Response to "Membaca Psikoligi Sufi"
Post a Comment
Terimkasih...