Kelucuan-Kelucuan Orang Madura.
Tuesday, July 16, 2019
Add Comment
"Kami hanya menggunakan pisau untuk bertengkar bukan untuk makan".
~Prof. Abdul Ghaffar Karim~
Kafe Basabasi.com |
Sayuri sebagimana diceritakan oleh Pak Edy yang didengar langsung dari Gus Muwafiq, Mahasiswa IAIN Sunankalijaga, berkali-kali mengajukan judul skripsinya selalu ditolak. Judul pertama yang diajukan Sayuri itu, "Sesama Bus Kota Dilarang Mendahului". Bahkan judul itu diajukan kepada Pak Malik Madani, judul kedua ketika diajukan "Peranan Bapak Malik Madani Terhadap Fakultas Syariah IAIN Sunankalijaga". Diajukan lagi kepada Bapak Malik Madani, otomatis langsung ditolak.
Akhirnya, Sayuri mengganti dengan judul yang ketiga-nya, "Peranan Kampus IAIN Sunankalijaga Terhadap Malik Madani". Karena sering ditolak, dibantulah oleh Gus Muwafiq dan kawan-kawan-nya, dan diterimalah judul skripsi yang ketiga. "Peranan Non-Muslim Terhadap Amal Masjid di Sumenep". (Redaksinya tidak tepat, pada intinya pemahamanya begitu).
Singkat cerita, diujilah Sayuri, pada waktu itu yang menguji Pak Zarkasyi. Pertanyaan pertama yang muncul dari dosen penguji. "Ini pasti cuci gudang. Kenapa kok lama sekali tidak lulus-lulus?". Enteng sekali Sayuri menjawab bahwa, dirinya jadi takmir masjid. "Saya disuruh jadi takmir mesjid sama Pak Saad. Padahal orang tua kepingen saya cepet lulus. Mau kuliah ya adzan, mau buat makalah adzan. Coba tanya Pak Saad sebagai ketua takmirnya.". Bhaaaaa. Jawaban yang sangat spontanitas.
Di lain sisi, Sayuri ini menurut Gus Muwafiq orangnya sakti banget, ia pernah mangkel kepada orang-orang yang ilmunya tidak sakti tapi agak sombong. Disebuah pertunjukan kesaktian yang terdapat banyak golok dan parang, Sayuri merasa kesal. Karena Sayuri risih, ia datang ke tengah-tengah pertunjukan, kemudian memotong lehernya sendiri dengan golok sampai putus dan menyambungkan kembali lehernya tampa ada bekas luka sedikitpun. Itu sekilas cerita orang Madura.
Orang Madura memang tidak ada habis-habisnya dalam kelucuannya, salah satunya cerita tadi. Malam ini bersama K. Faizi, M. Hum, dan Prof. Abdul Ghaffar, dan Bapak Edy bercerita tentang "Kelucuan-Kelucuan orang Madura". Memang orang Madura semua sih. Sengaja. Biar lucunya dan ceritanya shahhehhhh.
Menurut K. Faizi, orang Madura ketika dipersepsikan lucu sebenarnya bentuk lain dari keluguan, yang cenderung Inferior atau tertinggal, meski kadang bisa ditipu tapi bisa menipu juga. Tapi, benarkah kisah-kisah itu bersumber dari orang Madura? Bisa saja cerita-cerita itu bukan muncul di Madura atau ditempat lain?
Banyak cerita tentang orang Madura, pernah suatu ketika, saat di dalam bus, ada orang Madura yang membawa kardus Indomie (diikat dengan tali rafia). Seorang lelaki disampingnya menginjakkan kakinya di atas kardus orang Madura tersebut. Biasanya orang Madura kemana-mana bawa kardus yang isinya cemilan dan oleh-oleh berupa makanan. Karena bingung untuk menyingkirkan kaki seorang lelaki di sampingnya, akhirnya orang Madura cari akal, ia bilang kalau kardusnya ada Al-Qur'an-nya. Bagi orang Madura hal yang sakral-sakral sangat ditakuti.
Nah, cerita lain dari orang Madura itu ya paling ahli dalam urusan makan nasi berkuah tapi ngak pakek sendok. Menurut K. Faizi sih ikut sunnah Rasulullah. Sehabis makan menjilati jari-jemarinya. Bahkan kalau ada sisa kuahnya di piring bisa diminum. Itu ciri khasa, sampai sekarang pun masih banyak kalian temukan orang seperti itu.
Lain lagi cerita Pak Edy, suatu ketika Prof. Mahfud MD ditanya oleh tetangganya di Madura.
"Kamu kerja apa di Jogja? "
"Saya jadi dosen"
"Tentara? "
"Bukan. Itu Kapten, " kata Pak Mahfud.
"Terus dosen itu apa? "
"Dosen itu ngajar, tapi mahasiswa"
"Iya, bilang aja ngajar. Jangan dosen," kata tetangganya tadi. Bhaaaaaa.
"Kamu kerja apa di Jogja? "
"Saya jadi dosen"
"Tentara? "
"Bukan. Itu Kapten, " kata Pak Mahfud.
"Terus dosen itu apa? "
"Dosen itu ngajar, tapi mahasiswa"
"Iya, bilang aja ngajar. Jangan dosen," kata tetangganya tadi. Bhaaaaaa.
Lanjut yang lain. Presiden Suharto pernah mengundang nelayan di pesisir Sumenep. Kemudian mempersilahkan untuk berbicara. Ada seorang nelayan meminta untuk berbicara.
"Sumenep itu termasuk kepulauan yang sangat luas?"
"Dapat berapa sehari kamu nangkap ikan? "
"Dapat satu," katanya.
"Saya aja mancing di pulau seribu dapat lima ekor, " sambil menunjukkan besar ikannya.
"Kalau cuma satu ekor yang kayak gitu banyak, Pak" katanya. Akhirnya Pak Harto ketawa sendiri.
"Lalu, apa yg kamu butuhkan?"
"Kulkas untuk menyimpan ikan"
'Iya minta aja ke Bupati"
"Masalahnya listrik gak ada di Sumenep".
"Sumenep itu termasuk kepulauan yang sangat luas?"
"Dapat berapa sehari kamu nangkap ikan? "
"Dapat satu," katanya.
"Saya aja mancing di pulau seribu dapat lima ekor, " sambil menunjukkan besar ikannya.
"Kalau cuma satu ekor yang kayak gitu banyak, Pak" katanya. Akhirnya Pak Harto ketawa sendiri.
"Lalu, apa yg kamu butuhkan?"
"Kulkas untuk menyimpan ikan"
'Iya minta aja ke Bupati"
"Masalahnya listrik gak ada di Sumenep".
Spontanitas juga menjadi ciri khas orang Madura. Semisal ketika gak bawa rokok, biasanya orang Madura dengan pintarnya pura-pura meminjam korek. Ketika diberi korek orang Madura biasanya nanya rokoknya. Gus Dur mengatakan bahwa seseorang ketika wawasanya luas logika bahasanya bisa dibuat selucu dan semenarik mungkin.
Ada lagi nih setereotip bagi orang Madura, apa cobak? Yah, tidak punya kosa kata hijau. Ada banyak yang mengatakan orang Madura tidak tau warna. Sebenarnya ada, bahkan orang Madura punya kosakata sendiri, yaitu biru langit dan biru daun. A. Latief Wiyata, lebih detail lagi mengatakan bahwa, biru dengan biruuu itu beda, ada penekanan intonasi. Biru itu bahasa Indonesia biruuu itu bahasa Madura (bingung kan) 😂
Sebenarnya, di konteks yang lain banyak orang Madura yang serius-serius, coba sebut saja beberapa orang Madura, seperti Pak Mahfud, Malik Madani, Santoso, A. Latife Wiyata, dan masih banyak yang lainnya.😂
Yah, soal lucu menurut Prof. Ghaffar sebenarnya soal persepsi. Padahal, orang Madura itu tegas. Tidak berbasabasi (kayak kafe Basabasi ini)😂, biasanya juga lugas bin tangkas.
Menurut Prof. Ghaffar, banyak sih orang Madura, beliau menyebut K. Faizi, yang hanya tampangnya orang Madura, tapi bunyutnya dari Kudur, keturunan Kiai Syarqawi. Yang dulunya tinggal di Prenduan al-Amien. Jadinya, tidak bisa disama ratakan semua, ketika berbicara soal keturunan orang Madura sebenarnya keturunn para raja. Bukan asli pribumi, tetapi pendatang.
Menurut, Pak Ghaffar, kebebasan individu orang Madura menjadi kelugasan bukan keluguan yang sering dilucu-lucukan. Lahirlah kebebasan individu (individual freedom) menjadi distingsi antara orang Madura dengan orang Jawa. Kalau orang Madura membatik bisa sesuka hati, bebas, dqn dinamis, berbeda dengan orang Jawa, Kalau orang Jawa biasanya pakem.
Eh, terus sejak kapan orang Madura dipersepsikan lucu? Itu kadang menjadi pertanyaan retoris. Kalau kalian hidup lebih awal, pada tahun 70-an, sebenarnya orang Madura tidak lucu, bahkan serem dan sangar, bahkan sampai saat ini ke-sangar-an itu masih melekat dengan istilah carok. Dulu, kalau main flm biasanya orang Madura menjadi aktor yang serem-serem, salah satuhnya seperti Jamaluddin Akbar.
Baru akhir-akhir ini orang Madura dipersepsikan lucu oleh Dr. Suyati, ketika Mas Yunus, Kadir (padahal orang ini bukan asli orang Madura).
Sampai hari ini, masyaAllah, semua hal yang berbau lucu bisa diplintirkan kepada orang Madura. Tapi, biarlah karena lucu juga bagian dari hal-hal yang membuat kita tidak keliatan kaku menghadapi masalah. Bairkan saja orang lain menilai orang Madura sesukanya. Kita woles aja, Taretan!
Yogyakarta, 2019
0 Response to "Kelucuan-Kelucuan Orang Madura."
Post a Comment
Terimkasih...