GAK USAH BAPER DUNIA SEBATAS PERMAINAN
Saturday, September 7, 2019
Add Comment
All the world’s a stage, and all the men and women
merely players; They have their exsits an their entrances, And one man in his
time play many part, His acts being saven ages.
(Shakespeare, A You Like it)
Dalam al-Qur’an Surah al-An’am (32) menjelaskan secara terang benderang
bahwa dunia itu hanyalah permainan, sedangkan akhirat adalah dunia yang
sesungguhnya, ibarat dalam perjalanan akhirat ittuh tujuan dari perjalanan
manusia. Yeah, namanya permainan kan tidak lebih sebatas permainan, ya
permainan, tidak usahlah mati-matian untuk mendapatkan permainan itu, kecuali
kalian memiliki target yang ingin dicapai dari sebuah permainan tadi.
Tapi nih, Gengs! Banyak kan orang mengorbankan masa depannya hanya
demi mendapatkan permainan atau dunia tadi, sebenarnya manusia mengira dengan
pengetahuannya bahwa dunia yang penuh permainan itu abadi kalie ya, ia mengira
dunia yang penuh permainan itu memberi kesenangan, memberi kepuasan, dan lain sebagainya.
Tapi, apa benar demikian kenyataannya?
Tidak usahlah jauh-jauh mengambil sebuah ibrah yang nyata, tiga hari yang
lalu, ada sebuah kasus penangkapan penyalahgunaan narkoba oleh seorang komedian
Mbak Nunung, berita itu bahkan meraih jutaan perhatian publik, man-teman.
Berita itu menempati posisi paling trending di YouTube. Heran saya, meski tidak
terlalu banyak mengenal Mbak Nunung, kenalnya sih Cuma di acara Talks Show
bareng Sule, ya bagaimanapun saya juga simpati karena banyak netizen yang menyayangkan,
saya juga terharu dengan salah satu komedian Srimulat yang satu ini. Sontak
saja saya terkejut saat pengakuan Mbak Nunung kepada wartawan NET.TV (23/07/19)
bahwa ia menggunakan barang haram tersebut hanya untuk mencari kerja, karena
kondisi fisiknya yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja tapi
dipaksakan, ia ingin membahagiakan anak-anaknya, sehingga harus menggunakan
barang haram jenis sabu-sabu.
Ah, yang menjadi persoalan saya, kan semua yang dikejar adalah dunia,
sedang dunia itu sebatas main-main, manusia sebagai pemainnya, baik laki-laki
maupun perempuan. Semua bisa bermain. Mungkinkah yang dilakukan oleh Mbak
Nunung itu babak akhir dari sebuah permainan, atau sebaliknya, itu bagian dari
permainan yang seru. Karena itu permainan maka kita harus bermain dengan cukup cantik
kaliiiiiee...
Disadari atau tidak, Mylove, jika sudah tahu bahwa dunia adalah permainan
yang penuh dengan serius dalam ketidakseriusan, kenapa manusia meski bakuhantam
untuk berebut permainan, kenapa manusia meski saling mencaci maki untuk
memenangkan permainan, toh yang dicari hanya kesenangan. Drama ya drama. Tidak
akan lebih.
Tapi sebagaimana dikatakan guru kami yang mulia Dr. Fahruddin Faiz, bermain
itu di saat-saat tertentu juga harus serius, karena ketika bermain tidak serius
kemungkinan besar akan kalah di medan pertandingan. Sedangkan kekalahan itu
harus diakui, saodara-saodara, tidak selamanya manusia itu menang, ini
permainaaan, permainaaan, Gaes. Yang sabar yoooo...
Pertanyaan yang muncul saat ini, dimanakah letak menariknya permainan itu?
Kalau kita seorang yang bisa berfikir akan mengatakan bahwa di setiap sudut
permainan itu yang menarik adalah prosesnya, perlahan kalian akan menemukan
sesuatu yang orang lain tidak temukan dalam proses itu. Contoh kecilnya saja,
seorang mahasiswa jika ia tidak menikmati sebuah proses masuk kampus atau
kuliah lalu dimana letak indahnya menjadi seorang mahasiswa. Apa yang
terpenting adalah ijazah, jika target kalian kuliah mengejar ijazah bisa saja
sebagian orang yang banyak duitnya membeli ijazah, memalsukan ijazah, dengan
cara-cara yang curang. Tidak hanya dalam kuliah menikmati sebuah proses dari
permainan itu, baik dalam urusan asmara, baik dalam urusan sosial, politik, dan
lain sebagainya.
Plato menyebutnya hidup memang harus dijalani seperti sedang dalam keadaan bermain,
life must be lived as play. Ketika kalian terlibat dalam gelanggang permainan,
disanalah kalian akan terlihat karakter yang sesungguhnya, Fahruddin Faiz membuat
tersadar bahwa, kita harus terlibat—jangan hanya menjadi komentator yang
nyinyir di balik pertandingan orang lain—sedangkan kita tidak bisa menjamin
lebih baik dari orang lain yang sedang terlibat dalam permainan.
Kadang kita ingin terlihat lebih serius, artinya tidak ingin bermain-main,
padahal dalam diri lelaki sejatipun akan tampak sifat kekanak-kanakan , sedang
ketika bermain, sifat kekanak-kanakan itulah yang diperlihatkan ke publik,
Friedrich Nietzsche pernah mengatakan begini; “in every real man a child is
hidden that wants to play” ketika kalian terlalu serius menyikapi sesuatu
otomatis pada saat itu, tampa disadari kalian tengah menyalahi sebagai fitrah
manusia yang sebanarnya. Oalah, kita terlalu picik untuk mengatakan bahwa semua
tidak melalui proses kanak-kanak. George menyebutnya ketika manusia berhenti
bermain maka hidupnya menjadi lebih tua, bukan berarti ketika tua ia berhenti bermain.
Mengenal teori-teori dalam bermain
Teori ini muncul sebagai keharusan dalam permainan, karena setiap permainan
pasti memiliki aturannya masing-masing. Ok! lebih lanjut nanti akan saya
terangkan, Mylove.
Salah satu teorinya adalah karena manusia memiliki kelebihan energi (surplus
energy theory), bayangkan jika manusia tidak memiliki daya atau energi
untuk bermain, apakah bisa ia bertanding dalam sebuah permainan. Teori ini
dikemukakan oleh H. Spencer. Nah, ketika manusia memiliki energi yang lebih,
lantas ia menginginkan sesuatu yang bisa dijadikan rekreatif atau tekreasi
(recreative theory) karena menurut Lazarus semua manusia membutuhkan
relaksi dengan bentuk rekreasi. Rekreasi itu bagian dari latihan hidup sebelum
bertanding di medan yang nyata, Groos mengatakan manusia akan menghadapi
sesuatu yang lebih serius kelak ketika dewasa.
Dalam dunia psikologis, teori itu dikenal dengan psikoanalisis, yang
melihat permainan sebagai media pelampiasan, tempat untuk mencurahkan segala
kegundahan, yang disusul dengan tahap selanjutnya yaitu teori kognitif; untuk
mengikuti perkembangan usia yang dilalui oleh seorang anak. Di sini sangat
jelas sekali bukan, Mylove, tahapan-tahapan manusia itu, jika dulu
semasih kecil kalian suka nonton flm Doraemon barangkali ketika tua nanti akan lebih
suka pada flm-flm Jepang yang lain, terus dan terus berkembang seiring
perubahan zaman.
Teori yang ketiga adalah belajar sosial, untuk berinteraksi, menemukan
pasangan atau lawan main dalam kehidupan, sehingga muncul teori yang terakhir
yaitu kompensasi; untuk mendapatkan penghargaan atau untuk bertahan hidup. Bisa
dikatakan teori ini melampaui batas-batas tertentu, karena telah menjadi
profesi, mengejar sesuatu di luar permainan itu sendiri, untuk menghasilkan
prestasi yang lebih serius.
Padahal ketika berbicara lebih lanjut tentang sosok manusia, tidak lain menurut
Johan Huizinga manusia itu sebagai homo ludes (manusia sebagai makhluk
yang bermain), ia cenderung suka dengan pertunjukan, pestapora, dan hura-hura,
dengan kata lain “ludic society/society of the spectacle”. Nah, bahkan
nih sebelum budaya manusia lahir, sudah ada aturan mainnya, aturan
mainnya itulah yang disebut sebagai aturan di setiap permainan, meski ya everyting
is just a game.
Aturan tadi salah satu fungsinya, agar kita tidak terjerumus dalam sebuah
permainan yang terus menerus. Ada dua pokok permainan yang harus diperhatikan,
model permainan yang pertama adalah permainan tak terbatas (infinite game)
manusia yang mengenal model permainan ini tidak terlalu ribet hidupnya, manusia
macam ini tidak pernah mempermasalahkan jika kemudian hari gagal dalam
pertandingan, karena menurut yang satu ini, yang terpenting adalah bisa
berkembang lebih baik, tidak rakus, bahkan menyadari jika permainan itu ada
menang dan kalah. Lho, kalau permainan ada kalah dan menang kok kalian Baperan
sih. Ckckck.
Model permainan yang kedua adalah permainan terbatas (finite game)
karakter ini terlalu kaku, dalam hidupnya selalu pokoknya-pokoknya, mentang-mentang
terus, dalam pikirannya yang terpenting adalah hasilnya tidak ingin melihat
prosesnya, tidak memiliki visi-misi atau orientasi jangka panjang. Demikian
model permainan yang perlu kalian semua contoh, sekarang kita harus mengakhiri
sebuah permainan itu, agar tidak terlarut-larut, agar tidak menjalar ke
permainan selanjutnya. Game over, thank you for playing..
Yogyakarta, 2019 M.
0 Response to "GAK USAH BAPER DUNIA SEBATAS PERMAINAN"
Post a Comment
Terimkasih...