Mengaji Do'a
Wednesday, July 10, 2019
Add Comment
10 Juli 2019 M.
Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta
Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta
Prayer is not asking. It is a longing of the soul. It is daily
admission of one's weakness. It is better in prayer to have a heart without
words than words without a heart.
~Ghandi~
Malam ini memasuki malam yang kesekian kalinya ngaji bersama
Bapak Fahruddin Faiz, semoga beliau tetap istiqamah dan diberi kesehatan oleh
Allah. Kalimat itulah bagian dari sepenggal do'a yang saya sampaikan kepada
Allah.
Gini lho, doa itu sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan,
agar manusia sadar akan kebutuhan dirinya kepada Sangpencipta. Selain itu, do'a
adalah koneksi kita dengan alam supranatural, kondisi eksistensial manusia;
ketidakberdayaan, ketidakpastian, keterbatasan, dan ketidakmungkinan. Prayer
the world's greatest wireless connection.
Karena manusia tidak bisa berdiri tegak sendiri dan tidak punya
kekuasaan, meminta pertolongan adalah bagian dari alasan kenapa manusia
berdo'a. Ask (meminta), believe (percaya), dan receive (pasrah) kepada Allah.
Saat ini sudah banyak manusia yang tidak serius berdo'a. Padahal
do'a ya permohonan hamba kepada Tuhan agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan
pertolongan yang harus lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai ketundukan
dan pengagungan kepada Allah. Lalu, kok jadi serba tidak serius, kok jadi serba
politis, dan gimik semata.
Kenapa akhir-akhir ini urusan do'a bisa trending topik yang
sangat renyah, menarik, dan bahkan menjadi diskursus sosial. Katakanlah seperti
do'a Neno Warisman untuk kemenangan Prabowo, yang kira-kira begini, jika Tuhan
tidak memberikan kemenangan kepada Prabowo ia khawatir tidak akan ada lagi yang
menyembah-Nya. Berdoa bisa saja blunder karena ia sendiri psimis dan kurang
yakin, bahkan menyudutkan kelompok tertentu. Wes toh jangan bahas itu. Ok!
Tapi, saya tegaskan lagi bahwa, itu pentingnya berdo'a dengan
penuh optimis dan keyakinan. Jika begitu, jelas ada tatacara berdo'a yang baik
dalam agama Islam. Salah satunya adalah pernyataan hamba akan eksistensi dan
kekuasaan Allah, pernyataan ketidakberdayaan dirinya, dan wasilah sebagai
muhasabah. Allah suka kepada orang yang berdo'a karena ada pernyataan keimanan
seorang hamba.
Ada banyak model do'a yang bisa direkomendasikan, salah satunya
berdo'a model meminta-minta, seperti orang pengemis. Di sisi yang lain, jangan
terlalu mengandalkan do'a. Jika kamu berdo'a meminta jodoh akan tetapi tidak
ada usaha dari dalam dirimu, sampai kiamatpun kamu bakal tetap Jomblo. Hiks😂 Memang
jodoh di tangan Allah saodara-saodara, tapi kalau umur 40-thn Allah lepas
tangan dah. Ckckck😂 Hidup
itu ada unsur perjuangannya. Manusia telah diberi modal (akal), kemudian apakah
akal diusahakan untuk berusaha (berfikir), ketika dua-duanya dilakukan, maka
harus pasrah menunggu hasilnya dari Allah.
Ada kalanya berdo'a model kedua, ini nih do'a dengan model
pujangga, kayaknya udah pada ahli, menciptakan kata-kata indah, melihat
keindahan dalam segala sesuatu, termasuk pada hal-hal yang tampak begitu jahat
sekalipun, ia menjadi indah. Contohnya, hmmmm... Mikir sendiri deh.
Ada lagi model do'a ketiga, yaitu eksistensial; gaya ini terus
menghidupkan komunikasi kita dengan Allah, melibatkan Allah di setiap ruang dan
waktu apapun. Semuanya dilakukan dalam komunikasi yang intensif dengan Tuhan.
Semuanya ada strukturnya, salah satu struktur do'a dalam
al-Qur'an, yakni meminta agar diberi sesuatu, dan agar dilindungi. (Lihat Qs.
Hud: 47, Qs. Al-Mu'minu: 118).
Atau bermunajah (istilah kerennya curhat sama Allah),
seolah-olah tidak meminta sesuatu, tapi ada sesuatu yang diminta di balik
curhat kita. Sebagimana do'a Ali Bin Abi Tholib, "Dosaku banyak tapi
ampunan-Mu lebih cepat dan lebih luas", atau seperti do'a Robiah,
"Jadikanlah surga kepada orang pencintamu dan jadikanlah neraka untuk
orang yang menentang-Mu, sedang aku tidak minta apa-apa". Rasulullah juga
pernah ber-munajah, yaitu pada sebuah fase paling menghantam nabi saat
ditinggal Abu Thalib, Nabi berkata "Ya Allah aku mengaduhkan lemahnya kekuatanku
dan kehinaanku di hadapan manusia, Engkau pasti menyanyangiku, kepada siapapun
Engkau bawa aku, keapada orang yang menyiksaku, kepada orang yang mengurungku.
Kalau Engkau tidak murka maka aku tidak peduli."
Struktur do'a itu bisa juga dengan dzikir, diungkapkan melalui
kata-kata yang ditegaskan dalam kalbu. Mengucapkan asma al-husnah, tasbih,
tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan hawqolah (mengakui kelemahan diri).
Bayangkan jika tidak ada do'a, rasanya kehidupan itu serba
kebetulan saja, misal nih ya, kau tidak pernah meminta istri cantik dan
tiba-tiba dapat istri cantik, seolah itu kebetulan saja. Maka manfaat do'a
adalah buah manis dari keimanan, kebebasan dari keterikatan non-Ilahi,
kedekatan dan perhatian Allah, dan terakhir adalah Ridha Allah kepada kita.
Pertanyaanya, apakah Allah dapat diinterfensi olah do'a? Apakah
Allah tidak konsisten terhadap pendiriannya? Sebenarnya ini perpektif manusia,
karena manusia terbatas pengetahuannya, manusia tidak pernah tahu sekenareo
Allah. Maka kamu tidak boleh berfikir ke sana, karena doa bisa mengubahmu yang
berdoa. Do'a terkabul tidak selalu persis keinginan kita. Seperti do'a Nabi
Zakariyah dalam Al-Qur'an (Qs.Maryam:4-5).
Prayer does not change God, but it changes him who prayer.
~Soren Kierkegaard~
0 Response to "Mengaji Do'a"
Post a Comment
Terimkasih...